Ada Apa Dengan Hati

bersama Ustad Nizam Zulfikar- Ustdh Floren

Datanglah pasangan suami-istri di asrama nakula ini. Utad Nizam, dan Ustadzah Flo. Sejoli yang sama-sama getol mensyiarkan agama Allah ini hadir diantara kami dalam kehangatan kekeluargaan.  Tema yang dibahas pun spesial. Kita berbiacara mengenai hati. Mengenai cinta. Salah satu perasaan yang sering membuat kita terlehipnotis di dalamnya. Karena itu, kajian mengenai cinta itu hadir untuk memberikan spionase bagi kita dalam mengenali dan mengendalikan sesuatu yang diesbut dengan cinta itu.

 

Semakin bertambahnya usia kita, maka kualitas permasalahan dan ujian yang kita dapatkan pun akan meningkat pula. Untuk itu, kita perlu mengimbangi itu dengan ilmu yang memadahi. Terlebih mengenai cinta. Semakin berusia, rasa cinta akan sering muncul dalam dri kita, terlebih kebutuhan biologis kita yang juga semakin dekat membuat kita harus benar-benar bijak damalm menegelola perasaan.

 

Cinta dalam surat Ali Imron 14 “Dijadikanlah terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”

 

Cinta merupakan anugerah dari Allah, sebagai salah satu nikmat yang membuat kita merasa nyaman, tentram dengan hati berbunga-bunga. Coba kita bayangkan jika Allah tidak pernah menyisipkan cinta pada diri kita. Jadilah kita mayat hidup. Cinta itu sebuah perasaan yang manusiawi. Setiap orang pasti pernah merasakan cinta, baik cinta terhadap keluarga, sesama manusia, sahabat, dan keagungan Allah yang lain.

 

Dalam hal ini, cinta yang berkonteks dengan lawan jenis, juga merupakan hal yang wajar dan normal. Yang jadi masalah adalah bagaimana kita menyikapi perasaan cinta tersebut. Jika kita menyikapi dengan negatif, sempurnalah kecelakaan kita. Jika kita menyikapi dengan positif, rahmat Allah akan menyertai langkah kita.

Begitu  pula dengan nafsu. Janganlah selalu nafsu itu dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Karena nafsu juga merupakan anugerah. Coba bayangkan apa jadinya jika kita tidak ada hasrat untuk makan, untuk mencintai lawan jenis, hasrat untuk memperbaiki diri. Mungkin kita tidak bisa menjawabnya. Intinya kembali pada bagaimana kita menyikapinya.

 

Cinta yang didasari karena Allah akan membuat ketulusan cinta kita dan membawa rahmat. Memberikan cinta kita dengan sebuah pengorbanan.

Seperti cintanya Siti Hajar terhadap Ismail, anaknya. Beliau berlari dari shofa ke marwa untuk mencari air untuk Islamil yang kehausan.

 

Namun, seringkali pemaknaan cinta sering disalah artikan. Dibeberapa negara, dengan berasaskan ketulusan dan kesucian cinta, melegalkan pernikahan sesama jenis. Homo dan lesbian. Dan mengerikannya, perkembangan ini semakin tahun menjadi sebuah tren yang tidak lagi menjadi hal yang tabu. Persebaranya meluas dan cenerung cepat. Hal ini seperti halnya pada masa jahiliah.

Untuk itu kita harus snantiasa melibatkan Allah dalam setiap langkah kita, nafas kita, dan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan. Untuk menghindakan diri dari fitnah-fitnah syaitan.

 

Menurut mereka, Cinta memiliki 6 tingkatan. Tingkat kualitas dari suatu rasa cinta. Yang pertama adalah cinta kepada Allah. Cinta kepada Rasul. Cinta kepada keluarga. Cinta kepada sesama umatb muslim. Cinta kepada semua umat manusia. Dan Cinta pada kepemilikan, seperti barang-barang yang dititipkan Allah pada kita.

 

Ada tiga tahapan ketertarikan pada dua insan. Pertama simpatik ketertarikan, kita merasa nyaman dan betah ketika melihat seseorang atau bersama seseoranh. Lalu masuk pada tingkat kedua adalah kecenderungan hati. Pada tahap ini seseorang akan berusaha untuk bisa bertemu dan bisa bersua dengan orang terkait, Dan pada tahap yang ketiga, tahap yang berbahaya, yakni ketergantungan hati.  Hati kita benar-benar akan tergantung pada orang terkait dan akan mempengaruhi psikologis kita.

Lagi-lagi kualitas iman kita harus diasah untuk bisa mengelola hati dan cinta dengan bijak dan tidak salah arah.

 

Pada prinsipnya dalam proses pernikahan, seorang muslim-muslimah, ada empat tahapan. Yang pertama adalah ta’aruf atau mengenal. Mereka melibatkan wali atau pihak lain ketika proses taaruf ini. Yang kdeua adalah Nazhar, artinya melihat calon. Pada tahap ini kit harus mengenal lebih dalam siapa pasangan kita. Bagaimana nasabnya, agamanya, perilakunya, dan berbagai hal yang perlu untuk diketahui. Tahap yang ketiga adalah khitbah atau melamar. Pada tahap ini pihak pria datang kepada wali pihak wanita untuk melakukan khitbah. Dan yang terkahir adalah pernikahan. Melalui mekanisme yang ada, pernikahan dapat dilakukan sesuai syariat agama.

 

Cinta, begitulah orang menyebutnya. Bisa membuat majikannya bahagia. Namun tidak jarang membuat empunya tersiksa. Kepada Allah lah, kita gantungkan perasaan itu sejatinya. Senantiasa Allah akan melindungi kita dan merahmati kita.

 

Dan Allah Yang lebih Mengetahui.

Titik Awal Sebuah Kekeluargaan itu Dimulai : PPSDMS / Rumah Kepemimpinan

PPSDMS angkatan 7
PPSDMS angkatan 7

“Kepemimpinan bukan soal posisi, tapi soal pengaruh dan manfaat” Itulah salah satu kalimat yang mengisi pemikiran saya dan menjadi bahan bakar saya untuk bergerak. Setelah melaksanakan serangkaan NLC yang panjang dan penuh kisah heroik-romantik dan penuh pelajran bermakna. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dan dijadikan dasar-dasar kita dalam melaksanakan kehidupan agar hidup kita yang cuman sebentar ini benar-benar berkualitas.
Sebenarnya NLC bukanlah sekedar deretan acara pada 20-24 Agustus 2014.Sebelum NLC lah masa kritis dari para peserta PPSDMS. pembenihan awal kita digembleng dalam asrama mulai tanggal 4 Agustus kemarin. Minggu pertama di rumah peradaban ini kita mulai dilatih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang berkualitas, yang nantinya kebiasaan-kebiasaan itu tertanam pada diri kita dan menjadi karakter. Tantangan pertama pada awal penyemaian karakter pada para peserta ini adalah cara mengadaptasikan diri dari kebiasaan-kebiasaan lama yang biasa dilakukan sebelum di asrama. Kegiatan-kegiatan di asrama, bagi sebagian peserta merupakan sesuatu yang baru dan menjadi tantangan mengikuti dan membuat sistem itu nyaman pada diri kita. Di sinilah peran kekeluargaan dari peserta yang menjadi kunci keberhasilan babak awal di rumah peradaban ini.
Sempat ada goncangan dari diri saya pribadi, saat tubuh dan jiwa belum bisa sepenuhnya meresonansikan diri dengan padatnya kegiatan di asrama. Namun seiring berjalannya waktu, hati ini terasa melebur bersama kehangatan yang dibangun keluarga PPSDMS yogyakarta. Karena setiap kagiatan di sini adalah bukan tanpa makna. Setiap kegiatan yang ditanamkan pada masa internalisasi ini adalah langkah awal dalam membentuk karakter seorang pemimpin.
Ketika diurut dari awal, sebenarnya saya merasa keberatan ketika tanggal 4 Agustus 2014 sudah harus kembali ke Joga dan memulai membentuk kelaurga baru. Pasalnya hari itu masih dalam masa lebaran, rasa-rasanya waktu bersama keluarga belum sepenuhnya terobati. Namun, saya mencoba mengambil ibroh dari hal ini, Pada akhirnya di sini saya menemukan dan dipersaudarakan dengan orang-orang shalih yang memiliki cita-cita mulia. Yang saling memikul dan berjuang bersama untuk Indonesia dan untuk agama.
Dimulai dengan Tahajud. Saya adalah tipe orang yang susah untuk bangun pagi buta. Jangankan untuk sholat tahajud, untuk kencing saja, kalau tidak begitu mendesak, saya lebih memilih melingkarkan tubuh dan membalut tubuh dengan kehangatan. Namun di sini kita diperadabkan untuk memelihara sunah nabi yang utama, yakni Shalat tahajud. Alhamdulillah, setelah satu bulan ini bisa menjalankan dengan baik. Meskipun terkadang masih susah untuk dibangunkan dan terkadang telat berjamaah. Dilanjutkan dengan sholat subuh dan Waktu berkah subuh. Sholat berjamaah pun harus dibiasakan, kalau bisa jamaah 5 waktu, tepat waktu. Namun beberapa kali sempat munfarid karena tiduran. Apel pagi, yang pada awalnya terasa berat. Apalah saya bisa mengikuti apel tiap pagi? Namun semua diluar dugaan, senyuman teman-temanlah yang mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata. Namun semuanya kembali pada niat dan pikiran kita. Ketika kita yakin bisa dan meniatkan segala tindakan kita untuk beribadah, maka Allah akan memudahkannya. Dan ternyata itu benar.
Deep intro, inilah bagian menyenangkan dari internalisasi. Di sini