“Kepemimpinan bukan soal posisi, tapi soal pengaruh dan manfaat” Itulah salah satu kalimat yang mengisi pemikiran saya dan menjadi bahan bakar saya untuk bergerak. Setelah melaksanakan serangkaan NLC yang panjang dan penuh kisah heroik-romantik dan penuh pelajran bermakna. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dan dijadikan dasar-dasar kita dalam melaksanakan kehidupan agar hidup kita yang cuman sebentar ini benar-benar berkualitas.
Sebenarnya NLC bukanlah sekedar deretan acara pada 20-24 Agustus 2014.Sebelum NLC lah masa kritis dari para peserta PPSDMS. pembenihan awal kita digembleng dalam asrama mulai tanggal 4 Agustus kemarin. Minggu pertama di rumah peradaban ini kita mulai dilatih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang berkualitas, yang nantinya kebiasaan-kebiasaan itu tertanam pada diri kita dan menjadi karakter. Tantangan pertama pada awal penyemaian karakter pada para peserta ini adalah cara mengadaptasikan diri dari kebiasaan-kebiasaan lama yang biasa dilakukan sebelum di asrama. Kegiatan-kegiatan di asrama, bagi sebagian peserta merupakan sesuatu yang baru dan menjadi tantangan mengikuti dan membuat sistem itu nyaman pada diri kita. Di sinilah peran kekeluargaan dari peserta yang menjadi kunci keberhasilan babak awal di rumah peradaban ini.
Sempat ada goncangan dari diri saya pribadi, saat tubuh dan jiwa belum bisa sepenuhnya meresonansikan diri dengan padatnya kegiatan di asrama. Namun seiring berjalannya waktu, hati ini terasa melebur bersama kehangatan yang dibangun keluarga PPSDMS yogyakarta. Karena setiap kagiatan di sini adalah bukan tanpa makna. Setiap kegiatan yang ditanamkan pada masa internalisasi ini adalah langkah awal dalam membentuk karakter seorang pemimpin.
Ketika diurut dari awal, sebenarnya saya merasa keberatan ketika tanggal 4 Agustus 2014 sudah harus kembali ke Joga dan memulai membentuk kelaurga baru. Pasalnya hari itu masih dalam masa lebaran, rasa-rasanya waktu bersama keluarga belum sepenuhnya terobati. Namun, saya mencoba mengambil ibroh dari hal ini, Pada akhirnya di sini saya menemukan dan dipersaudarakan dengan orang-orang shalih yang memiliki cita-cita mulia. Yang saling memikul dan berjuang bersama untuk Indonesia dan untuk agama.
Dimulai dengan Tahajud. Saya adalah tipe orang yang susah untuk bangun pagi buta. Jangankan untuk sholat tahajud, untuk kencing saja, kalau tidak begitu mendesak, saya lebih memilih melingkarkan tubuh dan membalut tubuh dengan kehangatan. Namun di sini kita diperadabkan untuk memelihara sunah nabi yang utama, yakni Shalat tahajud. Alhamdulillah, setelah satu bulan ini bisa menjalankan dengan baik. Meskipun terkadang masih susah untuk dibangunkan dan terkadang telat berjamaah. Dilanjutkan dengan sholat subuh dan Waktu berkah subuh. Sholat berjamaah pun harus dibiasakan, kalau bisa jamaah 5 waktu, tepat waktu. Namun beberapa kali sempat munfarid karena tiduran. Apel pagi, yang pada awalnya terasa berat. Apalah saya bisa mengikuti apel tiap pagi? Namun semua diluar dugaan, senyuman teman-temanlah yang mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata. Namun semuanya kembali pada niat dan pikiran kita. Ketika kita yakin bisa dan meniatkan segala tindakan kita untuk beribadah, maka Allah akan memudahkannya. Dan ternyata itu benar.
Deep intro, inilah bagian menyenangkan dari internalisasi. Di sini