Dan Di Tebing berdinding api.
Aku berdiri
sendiri
diketawai langit di gigi seri.
Sementara matahari ragu, hendak ketawa tapi takut kehilangan harga diri.
Sayangnya aku masih sendiri. Merapal janji janji yang berujung buih.
Aku mencoba telanjang di bawah terik.
Dikencingi sapi, domba, dan babi sekalipun.
Sementara Pohon tersipu malu, atau pura-pura malu.
Sayangnya aku tetap sendiri. Mengulum mantra uap belaka.
Dan keropeng, muncul di muka.
Nanah meledak di dada dan paha
Bidur menjulur di ketiak dan lengan.
Sementara selakangan merah bau tahi.
Sayangnya aku masih berdiri.
Di tebing berdinding api.
Diketawai langit bergigi seri.
Sementara matahari ragu, hendak tertawa tapi takut kehilangan harga diri.
Merpati melompat setelapak tangan.
sayapnya teduh, meninggal tahi.
Awan mendung merapat menepi.
Panas airnya diludahi.
Cacing ikut mengelitiki
diterpa angin terasa batu
Jemari lentik melambai mendekati
Kugapai hilang bersembunyi.
Aku terpaksa sendiri.
Bahkan jati diri perlahan melepaskan diri.
Menengadah merapal mantra dalam buih.
di ujung tebing berdinding api.
Diketawai langit bergigi seri.
Sementara matahari ……
Yogyakarta, 28 -3-16
reja ajarin aku nulis puisiii
wkwkwkwk,, si Fitri ngece.. :p pdahal lebih piawai 😀