Sketsa Remaja dalam Labirin Teknologi

Abad 21 di sambut dengan datangya sebuah teknologi yang terus menerus berjalan ngebut hingga tak terkendali. Ilmu dan pengetahuan membawa dunia ke arah yang semakin tak terdefinisi. Dulu kita tidak mengenal besi yang bisa berjalan. Dulu orang-orang anakn mengatakan sihir terhadap setiap benda yang bergerak dengan sendirinya, gambar yang bisa bergerak, berbicara dengan besi. Namun, ilmu dan pengetahun dan teknologi telah menyihir semua ketidakmungkinan menjadi sesuatu yang nyata dan rasional. IPTEK hadir seakan menjadi sumber kekuatan yang tiada habisnya yang selalu menghasilkan temuan-temuan mendunia yang berdampak pada masyarakat luas. Bahkan bagi ekstrimis, dan kebanyakan orang liberalis lebih menuhan kan IPTEK ketimbang tuhan mereka yang sejatinya.

IPTEK lah yang menjadikan mereka kuat. IPTEKlah yang menunjukkan secara rasional bahwa kebesaran dunia itu memang berada digenggamannya. Mereka mengenesampingkan keberadaan Tuhan. Terlebih mereka yang lemah di dalam religiusitasnya.

Lantas bagaimana di Indonesia?

Sebagai negara berkembang, yang perkembanganya masih sangat bergantung dari negara-negara lain yang memegang kendali negara, keberadaan teknologi menjadikan Indoensia harus mengikuti arus IPTEK yang berkembang pesat. Pesatnya IPTEK di dunia menyeret Indonesia untuk terpengaruh dan ikut terlibat dalam mengembangian IPTEK. Indonesia memang sudah seharusnya terbuka dengan  nilai-nilai IPTEK baru yang bisa menjadikan berkembangnya negara.

Terlepas dari semua itu, dampak dari berkembangnya IPTEK di Indonesia tidak begitu berbeda dengan dunia. IPTEK yang selalu hadir dalam wujud yang menakjubkan membuat sebuah paradigma baru yang sangat membahayakan bagi pandnagan masyarakat Indonesia. Yakni adanya penuhanan terhadap IPTEK.

Mungkin di Indonesia tidak populer dengan istilah atau sebuatan bahwa masyarakat Indonesia memiliki agama baru. Namun melalui propaganda yang dilakukan oleh bangsa barat secara tidak langsung masyarakat di Indonesia mulai untuk menjadikan teknologi sebagai saandaran. Menjadikan teknologi sebagai ahli dalam berbagai hal. Seakan hidup kita tidak akan ada arti tanpa adanya IPTEK, seakan hidup kita akan sungsang jika IPTEK mati. Memang secara tersurat tidak ada yang menuliskan atau mengatakan bahwa masyarakat Indonesia mengenal kepercayaan baru. Namun melalui teknologi yang begitu intensif bersinggungan kepada kita dapat melahirkana dampak ketergantungan pada teknologi, yang pada tahap berikutnya Teknologi akan beralih fungsi menjadi jawaban di atas semua permasalahan kita. Hingga secara tidak sadar, Teknologi menjadi tuhan yang baru, tanpa kita sadari.

Realitanya, kita lihat remaja-remaja kita. Hampir tiap hari mereka bersingungan dengan teknologi. Bahkan mereka akan mati seketika ketika teknologi dipisahkan dari dirinya. Namun yang menjadi masalahnya bukan di situ. Masalahnya adalah ketika kita menggunakan teknologi tapi menghilangkan aspek agama di dalamnya. Mereka cenderung meupakan nilai-nilai agama, lupa beribadah, menghilangkan peran tuhan, ketika kita sedang bercumbu dengan yang namanya teknologi. Mereka seakan-akan budak dari teknologi itu sendiri.

Sebagai negara yang memiliki Pancasila, dengan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, pandangan baru terhadap IPTEK harus dikaji dengan benar. Sudah sejatinya kita menyiapkan antisipasi dalam menghadapi masalah ini. Sebagai negara yang mayoritas islam, kita harus mempertahankan nilai-nilai islam. Menanamkan nilai-nilai islam dalam setiap teknologi yang digunakan, supaya kita tidak gampang terkana arus pemikiran yang dapat merusak jatidiri bangsa. Sistem islam yang terstruktur dalam menentukan kebijakan publik yang ada di Indonesia harus dikuatkan.

Mau tidak mau, arus pemikiran yang menuhankan teknologi akan semakin kuat dan semakin gencar. Tantangan bagi bangsa Indonesia untuk bisa memfilter nilai dari teknologi yang ada di Indonesia dengan nilai-nilai islam yang berkarakter.  Tidak hanya itu, tantangan ke depan akan mejadi lebih banyak dan menjadi lebih berat. Harus ada kontribusi dan aksi nyata dari semua sektor pemerintahan dalam menanganai tantangan ini.

Dan ketika badai datang, saatnya kita berjuang bersama membawa kapal besar ini keluar dari badai ini untuk menghadapi badai yang lebih besar lagi.